Makalah IAD/ISD/IBD "Pemuda dan Sosialisasi"
MAKALAH
PEMUDA DAN SOSIALISASI
IAD/ISD/IBD
PEMUDA DAN SOSIALISASI
IAD/ISD/IBD
Disusun oleh :
Kelompok
9
Arief Ardiansyah (1624400009)
Arinda Muzniah (1654400011)
Balqies Arista (1654400018)
Ferda Juniarisma (1654400035)
Hamliani Sukro (1654400039)
Arief Ardiansyah (1624400009)
Arinda Muzniah (1654400011)
Balqies Arista (1654400018)
Ferda Juniarisma (1654400035)
Hamliani Sukro (1654400039)
Kelas :
16-PUS-A
16-PUS-A
Dosen Pengampuh :
Drs. Ahmad Zainal
Drs. Ahmad Zainal
PROGRAM
STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan kepada Allah SWT, Yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah IAD/ISD/IBD yang berjudul “Pemuda dan Sosialisasi”.
Kami
mengharapkan makalah ini dapat di gunakan sebagai pedoman dalam mempelajari
agama islam terutama pada bidang studi Pancasila. Dan kami selaku penulis
menyadari masih banyak kekurangan yang ada pada makalah kami ini. Oleh karena
itu, kami sangat mengaharapkan kritik dan saran dari pembaca khusunya pada
Dosen Bidang Studi ini. Demi kesempurnaan dalam membuat makalah (karya tulis)
pada waktu mendatang. Untuk itu kami selaku penulis mengucapkan terima kasih.
Palembang, 21 November 2016
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................
i
Daftar Isi.............................................................................................................................
ii
BAB I :
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang...................................................................................................
1
B.
Rumusan Masalah...............................................................................................
1
BAB II :
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pemuda/Generasi Muda...................................................................
2
B.
Batasan Usia Pemuda/Generasi Muda................................................................
2
C.
Karakteristik Pemuda/Generasi Muda................................................................
3
D.
Potensi pada diri Pemuda/Generasi Muda.......................................................... 4
E. Sosialisasi
Pemuda..............................................................................................
5
F. Media
Sosialisasi Pemuda...................................................................................
8
G. Peranan
Pemuda dalam Pembangunan Masyarakat...........................................
9
H. Masalah
Sosial pada Generasi Muda Indonesia Dewasa Ini..............................
10
I.
Perdalam Konsep Generasi Muda (Young Generation)...................................... 11
BAB III :
PENUTUP
Kesimpulan..............................................................................................................
15
Daftar Pustaka.....................................................................................................................
16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telah kita ketahui bahwa
pemuda atau generasi muda merupakan konsep-konsep yang selalu dikaitkan dengan
masalah nilai, hal ini merupakan pengertian idiologis dan kultural daripada
pengertian ini. Didalam masyarakat pemuda merupakan satu identitas yang
potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi
pembangunan bangsanya karma pemuda sebagai harapan bangsa dapat diartikan bahwa
siapa yang menguasai pemuda akan menguasai masa depan.
Proses
kehidupan yang dialami oleh para pemuda Indonesia tiap hari baik di lingkungan
keluarga ini merupakan proses yang disebut dengan istilah sosialisasi, proses
sosialisasi itu berlangsung sejak anak ada di dunia dan terus akan berproses
hingga mencapai titik kulminasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari
pemuda atau generasi muda?
2. Berapa batasan usia
pemuda atau generasi muda?
3. Apa saja karakteristik
yang dimiliki pemuda atau generasi muda?
4. Apa saja potensi yang
dimiliki pemuda atau generasi muda?
5. Bagaimana sosialisasi
pemuda?
6. Apa saja media
sosialisasi pemuda?
7. Jelaskan peranan pemuda
dalam pembangunan masyarakat!
8. Jelasan masalah sosial
dari generasi muda Indonesia dewasa ini!
9. Jelaskan perdalaman
konsep generasi muda?
1
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemuda/Generasi
Muda
Pemuda
adalah golongan manusia manusia muda yang masih memerlukan pembinaan dan
pengembangan kearah yang lebih baik, agar dapat melanjutkan dan mengisi
pembangunan yang kini telah berlangsung, pemuda di Indonesia dewasa ini sangat
beraneka ragam, terutama bila dikaitkan dengan kesempatan pendidikan. Keragaman tersebut pada
dasarnya tidak mengakibatkan perbedaan dalam pembinaan dan pengembangan
generasi muda.
Proses
kehidupan yang dialami oleh para pemuda Indonesia tiap hari baik di lingkungan
keluarga ini merupakan proses yang disebut dengan istilah sosialisasi, proses
sosialisasi itu berlangsung sejak anak ada di dunia dan terus akan berproses
hingga mencapai titik kulminasi.
B. Batasan
Usia Pemuda/Generasi Muda
Pemuda
dalam pengertian adalah manusia-manusia muda, akan tetapi di Indonesia ini
sehubungan dengan adanya program pembinaan generasi muda pengertian pemuda
diperinci dan tersurat dengan pasti. Dilihat dari segi budaya atau
fungsionalnya maka dikenal istilah anak, remaja dan dewasa, dengan perincian sebagia
berikut :
Golongan anak : 0 – 12 tahun.Golongan remaja : 13 – 18 tahun.Golongan dewasa : 18 (21) tahun keatas.
2
bersifat
anak-anak. Pengertian pemuda berdasarkan umur dan lembaga serta ruang lingkup
tempat
pemuda berada terdiri atas 3 katagori yaitu :
pemuda berada terdiri atas 3 katagori yaitu :
1. Siswa, usia antara 6 – 18 tahun, masih duduk di bangku
sekolah.
2. Mahasiswa usia antara 18 – 25 tahun beradi di perguruan tinggi dan akademi.
3. Pemuda di luar lingkungan sekolah maupun perguruan tinggi yaitu mereka yang berusia 15 – 30 tahun keatas.
2. Mahasiswa usia antara 18 – 25 tahun beradi di perguruan tinggi dan akademi.
3. Pemuda di luar lingkungan sekolah maupun perguruan tinggi yaitu mereka yang berusia 15 – 30 tahun keatas.
C. Karakteristik Pemuda/Generasi
1. Masa
mencari identitas : kaum muda merupakan
kelompok usia yang sedang mencari-cari jati diri, kerap berperilaku sebagai
“manusia-manusia aneh”.
§ Tidak mau dikekang oleh peraturan,
§ Nilai rohani adalah penghalang kebebasan,
§ Bertindak sesuai kemauan sendiri
2. Mengidentifikasi
diri sebagai pribadi yang mandiri.
§ i. Aktualisasi diri,
§ ii. Keinginan untuk diperhatikan,
§ iii. Keinginan untuk dihargai,
§ iv. Orang tualah yang bermasalah
3. Memperlakukan
diri sebagai orang dewasa.
§ Manipulasi diri, suka bersikap sebagaimana
orang dewasa tetapi tidak sepenuhnya sesuai kondisi bathin mereka.
§ Berperan ganda, berubah-ubah sesuai suasana
(kadang bersikap dewasa, kadang kekanak-kanakan)
4.
Idealisme tinggi,
§ Obsesi terhadap barang mahal, bermerek,
§ Memiliki pacar terbaik,
§ Memiliki nilai terbaik.
5. Menetapkan
aturan bagi diri sendiri,
§ Peraturan yang memuaskan hati,
3
§ Tidak peduli norma dan nilai yang berlaku.
D. Potensi dalam diri Pemuda/Generasi Muda
Potensi-potensi
yang terdapat pada generasi muda yang perlu dikembangkan adalah sebagai berikut
:
1. Idealisme
dan daya kritis
Secara sosiologis generasi muda belum mapan
dalam tatanan yang ada, sehingga ia dapat melihat kekurangan dalam tatanan dan
secara wajar mampu mencari gagasan baru. Pengejawantahan idealisme dan daya
kritis perlu dilengkapi landasan rasa tanggung jawab yang seimbang.
2. Dinamika
dan kreativitas
Adanya idealisme pada
generasi muda, menyebabkan mereka memiliki potensi kedinamisan dan kreativitas,
yakni kemampaun dan kesediaan untuk mengadakan perubahan, pembaharuan, dan
penyempurnaan kekurangan yang ada ataupun mengemukakan gagasan yang baru.
3. Keberanian
mengambil resiko
Perubahan dan pembaharuan termasuk
pembangunan, mengandung resiko dapat meleset, terhambat atau gagal. Namun,
mengambil resiko itu diperlukan jika ingin memperoleh kemajuan. Generasi muda
dapat dilibatkan pada usaha-usaha yang mengandung resiko. Untuk itu diperlukan
kesiapan pengetahuan, perhitungan, dan keterampilan dari generasi muda sehingga
mampu memberi kualitas yang baik untuk berani mengambil resiko.
4
E. Sosialisasi
Pemuda
Melalui
proses sosialisasi, seorang pemuda akan terwarnai cara berpikir dan
kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku seseorang akan
dapat diramalkan. Dengan proses sosialisasi, seseorang menjadi tahu bagaimana
ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya.
Dari keadaan tidak atau belum tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan
beradab. Kedirian dan kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk.
Dalam hal ini sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu
melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaiman cari hidup dan bagaimana cara
berpikir kelompoknya agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
Sosialisasi merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota
masyarakat dan hubungannya dengan sistem sosial.
Proses
sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial
yang bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan
norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi dititik beratkan pada
soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya. Oleh
karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang.
Kedirian (self) sebagai suatu prosuk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap
diri sendri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. Kesadaran
terhadap diri sendiri membuat timbulnya sebutan “aku” atau “saya” sebagai
kedirian subyektif yang sulit dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian :
1. Dalam proses sosialisasi mendapat
bayangan dirinya, yaitu setelah memperhatikan cara orang lain memandang dan
memperlakukan dirinya. Misalnya ia tidak disukai, tidak dihargai, tidak
dipercaya; atau sebaliknya, ida disayangi, baik budi dandapt dipercaya.
2. Dalam proses sosialisasi
juga membentuk kedirian yang ideal. Orang bersangkutan mengetahui dengan pasti
apa-apa yang harus ia lakukan agar memperoleh penghargaan dari orang lain.
Bentuk-bentuk kedirian ini berguna dalam meningkatkan ketaatan anak terhadap
norma-norma sosial.
5
Bertitik tolak dari pengertian pemuda, maka sosialisasi
pemuda dimulai dari umur 10 tahun dalam lingkungan keluarga, tetangga, sekolah,
dan jalur organisasi formal atau informal untuk berperan sebagai mahluk sosial,
mahluk individual bagi pemuda.
Proses
sosialisasi juga adalah proses pembentukan sikap loyalitas sosial. Loyalitas
sosial atau kesetiaan sosial adalah perkembangan dari sikap saling menerima dan
saling memberi kearah ang lebih baik. Kita sangat mudah melihatnya pembentukan
kesetiaan sosial ini adalah dalam keluarga. Setiap anggota keluarga selalu
setia sesamanya. Di dalam kelompok dan masyarakat juga kesetiaan sosial ini
berkembang, sebagai dasar kesatuan dan persatuan dalam masyarakat. Dengan kata
lain kesetianan sosial berkembang mulai dari kelompok yang sederhan hingga
kelompok yang lebih luas.
Ada
minimal tiga hal yang harus dilakukan agar tumbuh dan kembangnya sikap
loyalitas sosial ini yakni :
Pertama
kita harus saling berkomunikasi baik dalam keadaan berdekatan ataupun dalam
keadaan berjauhan (tempat tinggal). Dengan komunikasi yang teratur kita akan
saling mengetahui kabar dan berita di antara kita. Sakit atau senang diantara
kita dapat dengan cepat kita mengetahuinya.
Kedua,
sering bekerja sama menyelesaikan berbagai persoalan hidup. Misalnya bergotong
royang atau melakukan arisan. Kerja sama dapat saja dilakukan dalam kelompok
kecil(minimal dua orang) atau pun dalam kelompok yang besar (yang jumlah
anggotanya banyak).
Ketiga,
dalam kehidupan atau pergaulan sesama kita, sikap tolong menolong harus
dikembangkan. Berbagai kesulitan hidup yang kita alami pantas kita minta tolong
kepada orang lain atau teman. Begitu pula sebaliknya bila kawan kita yang
mengalami kesusahan wajib pula kita membantunya. Tentu saja dasarnya adalah
suka saling menerima dan memberi.
6
Menurut
George Herbert Mead, sosialisasi yang dialami seseorang dapat dibedakan dalam
tahap-tahap sebagai berikut.
1.
Tahap
persiapan (Preparatory Stage)
Tahap
ini dialami manusia sejak dilahirkan, ketika seorang anak mempersiapkan diri
untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang
diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak
sempurna. Contoh: Kata “makan” yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih
balita. Makna kata tersebut juga belum dipahami dengan tepat oleh anak.
Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata “makan” tersebut dengan
cara menghubungkannya dengan kenyataan yang dialaminya.
2.
Tahap
meniru (Play Stage)
Tahap
ini ditandai dengan:
1. Semakin sempurnanya seorang
anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa.
2. Mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa
nama orang tua, kakak, dan sebagainya.
3. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan
seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan
kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai
terbentuk pada tahap ini.
4. Kesadaran bahwa dunia
sosial manusia berisikan banyak orang. Sebagian dari orang tersebut merupakan
orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan pertahanan diri, yakni
dari mana anak menyerap norma dan nilai (Significant other).
3.
Tahap
siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat
7
sehingga
memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari
adanya tuntutan untuk bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan
berinteraksi semakin banyak dan hubungannya semakin kompleks. Individu mulai
berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang
berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan
dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar
keluarganya.
4.
Tahap
penerimaan norma kolektif (Generalized Stage)
Pada
tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya
pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa
tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan
masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan
bekerja sama bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya secara mantap.
Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat
dalam arti sepenuhnya.
F. Media
Sosialisasi Pemuda
1.
Orang tua dan keluarga.
2.
Sekolah.
3. Masyarakat.
4.
Teman bermain
5.
Media Massa.
8
G. Peranan
Pemuda dalam Pembangunan Masyarakat
Dalam
hubungannya dengan sosialisasi geenerasi muda khususnya mahasiswa telah
melaksanakan proses sosialisasi dengan baik dan dapat dijadikan contoh untuk
generasi muda, mahasiswa pada khususnya pada saat ini.
Proklamasi
kemerdekaan 17 agustus 1945 ternyata perlu ditebus dengan pengorbanan yang
tinggi. Oleh karena segera setelah proklamasi pemuda Indonesia membentuk
organisasi yang bersifat politik maupun militer, diantaranya KAMI (Kesatuan
Aksi Mahasiswa Indonesia) yang didirikan oleh mahasiswa dalam sejarah
perjuangan bangsa Indonesia.
KAMI
menjadi pelopor pemdobrak kearah kehidupan baru yang kemudian dikenal dengan
nama orde baru (ORBA). Barang siapa menguasai generasi muda, berarti menguasai
masa depan suatu bangsa, demikian bunyi suatu pepatah. Berarti masa depan suatu
bangsa itu terletak ditangan generasi mudas.
Kalau dilihat lebih mendalam, mahsiswa pada garis besarnya mempunyai peranan sebagai :
Kalau dilihat lebih mendalam, mahsiswa pada garis besarnya mempunyai peranan sebagai :
1. Agent of change
2. Agent of development
3. Agent of modernization
Sebagai agent of change,
mahasiswa bertugas untuk mengadakan perubahan-perubahan dalam masyarakat kearah
perubahan yang lebih baik. Sedangkan agent of development, mahasiswa
bertugas untuk melancarkan pembangunan di segala bidang, baik yang bersifat
fisik maupun non fisik.Sebagai agent of modernization, mahasiswa
bertugas dan bertindak sebagai pelopor dalam pembaharuan.
9
H. Masalah Sosial pada Generasi Muda Indonesia
Dewasa Ini
Generasi
muda dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya menghadapi berbagai
permasalahan yang perlu diupayakan penanggulangannya dengan melibatkan semua
pihak. Permasalahan umum yang dihadapi oleh generasi muda di Indonesia dewasa ini
antara lain sebagai berikut :
1. Menurunnya jiwa idealisme,
patriotisme, dan nasionalisme dikalangan masyarakat, termasuk jiwa pemuda.
2. Kekurangpastian
yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya.
3. Belum seimbangnya antara
jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, baik formal dan
informal. Tinggimya jumlah putus sekolah yang tidak hanya merugikan generasi
muda sendiri, tetapi juga merugikan bangsa.
4. Kekurangan lapangan dan
kesempatan kerja serta tingginya tingkat pengangguran dan setengah pengangguran
dikalangan generasi muda mengakibatkan berkurangnya produktivitas nasional dan
memperlambat kecepatan laju perkembangan pembangunan nasional serta dapat
menimbulkan berbagai problem sosial lainnya.
5. Kurangnya
gizi yang menghambat perkembangan kecerdasan, dan pertumbuhan.
6. Masih
banyaknya perkawinan dibawah umur.
7. Penyalahgunaan Obat
Narkotika dan Zat Adiktif lainnya yang merusak fisik dan mental bangsa.
8. Masih
adanya anak-anak yang hidup menggelandang.
9. Pergaulan bebas diantara
muda-mudi yang menunjukkan gejala penyimpangan perilaku (Deviant behavior).
10. Masuknya budaya barat
(Westernisasi Culture) yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita yang
dapat merusak mental generasi muda.
11. Masih merajalelanya
kenakalan remaja dan permasalahan lainnya. Permasalahan tersebut akan
berkembang seiring dengan perkembangan jaman apabila tidak diupayakan
pemecahannya oleh semua pihak termasuk organisasi masyarakat, diantaranya
KARANG TARUNA.
10
I. Perdalam Konsep Generasi Muda (Young
Generation)
Sebuah
negara akan menjadi besar apabila didukung oleh para pemuda yang sadar bahwa pendidikan itu penting bagi mereka. Kemajuan suatu bangsa
sangat bergantung pada generasi penerus bangsa yang tidak lain adalah para
pemuda. Suatu bangsa yang besar harus mampu bersaing dengan bangsa lain dalam
hal apa pun. Namun, bagaimanakah kondisi Bangsa Indonesia saat ini? Masih banyak anak-anak
bangsa yang tidak mampu mengenyam pendidikan karena kemiskinan yang tengah
melanda negeri ini. Padahal, pendidikan merupakan kunci utama untuk memajukan
bangsa ini, belum lagi kasus narkoba yang kian merebak di kalangan generasi
bangsa yang seolah tidak kunjung menemukan titik temu. Lantas, apa yang harus
kita lakukan untuk membangun bangsa ini? Menjadi generasi unggul yang cerdas,
kreatif, dan berakhlak mulia melalui pendidikan adalah satu jawaban tepat bagi
kita untuk membangun bangsa yang tengah dirundung banyak masalah ini.
Pembangunan Nasional merupakan upaya berkelanjutan untuk memajukan kehidupan
bangsa. Modal utamanya adalah generasi bangsa yang cerdas dan kreatif yang
memiliki kepekaan pikiran, daya imajinasi yang tinggi, rasa keingintahuan,
serta kemampuan untuk menemukan atau menciptakan hal-hal baru. Di
tangan para pemuda lah cita-cita bangsa yang semakin tua ini akan diwujudkan.
Kejayaan bangsa secara otomatis akan terwujud dengan adanya dukungan dari para
pemuda yang unggul. Begitu pula sebaliknya, bangsa ini akan hancur apabila
generasi mudanya rusak dan tidak pernah memedulikan masa depan mereka.
Negara
Indonesia juga telah berusaha untuk mencetak generasi penerus bangsa yang
cerdas dan kreatif. Hal tersebut dapat kita lihat
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 yang mencantumkan tujuan
negara; “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Dengan
demikian, setiap generasi bangsa berhak mengenyam pendidikan sehingga mampu
meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia.Hal serupa juga dapat kita simak
dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang mengatur
pelaksanaan pendidikan di Indonesia.Tertuang di dalamnya tujuan pendidikan
nasional yang menghendaki pengembangan potensi anak bangsa agar menjadi manusia
yang bertakwa, berbudi luhur, cerdas, kreatif, berilmu, menguasai teknologi,
dan
11
berakhlak
mulia. Tujuan tersebut akan dapat terwujud jika terjadi kerjasama yang baik
antara pemerintah dan generasi bangsa itu sendiri.
Langkah nyata yang telah dilakukan oleh negeri ini dalam rangka mencetak
generasi bangsa yang unggul adalah dengan mencanangkan program wajib belajar
sembilan tahun, yaitu sampai ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Bagi
para orang tua yang tidak mampu, kini pemerintah dan beberapa yayasan sosial
telah berupaya memberikan bantuan untuk membiayai pendidikan putera-puteri
bangsa paling tidak sampai tamat SMP. Dengan adanya program wajib belajar
sembilan tahun diharapkan dapat terbentuk generasi penerus bangsa yang tangguh,
cerdas, dan kreatif untuk mengejar ketertinggalan bangsa ini dari bangsa-bangsa
lain di dunia. Kesuksesan program tersebut tidak lepas dari peran orang tua
untuk mengawasi putera-puterinya dalam belajar. Saat
ini beberapa pemerintah daerah juga telah mencanangkan jam wajib belajar mulai
dari pukul 19.00 sampai dengan pukul 21.00. Hal itu dimaksudkan agar pada waktu
tersebut, orang tua berupaya memotivasi putera-puterinya untuk belajar di
rumah.Dengan kerjasama yang baik antara berbagai pihak, impian untuk mencetak
generasi muda yang cerdas dan kreatif bukan sekedar isapan jempol belaka.
Upaya
bangsa ini untuk mencetak generasi penerus yang berkualitas, cerdas, kreatif,
dan berakhlak mulia tentu tidak lepas dari berbagai hambatan. Hambatan tersebut
di antaranya adalah masuknya budaya asing ke Indonesia yang sebagian besar
cenderung menjurus pada hal-hal yang negatif. Akibatnya, generasi muda semakin
meninggalkan akar budaya luhur bangsanya dan cenderung mengikuti budaya
negatif, seperti pergaulan bebas, sikap hidup boros dan glamour, serta
penyalahgunaan narkoba. Budaya tersebut jelas sangat memengaruhi mental
generasi muda. Mereka menjadi malas belajar, suka keluyuran pada malam hari
bahkan mabuk tidak sadarkan diri. Mereka yang seharusnya menjadi
generasi penerus cita-cita bangsa hanya akan memperburuk citra negara.
Akibatnya, negara ini akan kekurangan sumber daya manusia yang berkualitas.
Tidak aneh kalau tingkat pengangguran dan kemiskinan di Indonesia semakin
meningkat. Belum lagi masalah-masalah sosial lain yang menambah keruhnya
suasana. Lantas, bagaimana nasib bangsa ini kalau para generasinya rusak
seperti itu? Dapat dipastikan negara ini akan terpuruk jika permasalahan
semacam itu dibiarkan begitu saja. Oleh
12
karena itu, pelaksana pendidikan dituntut untuk bekerja lebih optimal.Para pendidik diharapkan mampu, bukan hanya sekedar mengajar melainkan juga mendidik generasi bangsa agar terbentuk manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, kreatif, dan berakhlak mulia.
Di
samping pendidikan, faktor lain yang juga berperan dalam membentuk generasi
bangsa yang berkualitas adalah rasa iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Rasa keimanan dan ketakwaan akan membentengi seseorang dari perbuatan-perbuatan
tercela. Sebuah pepatah yang berbunyi ‘ilmu tanpa agama adalah buta’ rasanya
memang benar adanya. Setinggi apa pun ilmu yang didapatkan tanpa diikuti
kepatuhan terhadap perintah agama pasti akan binasa. Sebagai contohnya adalah
para pejabat yang terjerat kasus korupsi.Dilihat dari tingkat pendidikannya,
seorang pejabat jelas merupakan orang yang berpendidikan tinggi. Hal ini membuktikan
bahwa faktor iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa belum tertanam dalam
diri mereka. Oleh karana itu, generasi muda hendaknya mempunyai rasa iman dan
takwa, di samping juga cerdas dan kreatif. Tuhan lah yang seharusnya kita
takuti. Dengan demikian, manusia tidak akan berani melakukan perbuatan-perbuatan
keji karena Tuhan senantiasa melihat setiap perbuatan yang kita lakukan dan
setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban. Untuk menanamkan faktor di
atas kepada generasi muda, Pemerintah Indonesia telah memasukkan materi
pendidikan agama ke dalam kurikulum pembelajaran di sekolah. Selain
itu, kegiatan keagamaan seperti majelis taklim dan peringatan hari besar agama
juga merupakan solusi lain dalam rangka menanamkan dan meningkatkan keimanan
dan ketakwaan terhadap Tuhan. Dengan demikian, terbentuklah generasi penerus
pilihan yang cerdas, kreatif, berakhlak mulia, dan mengedepankan nilai-nilai
keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan.
Kita
bisa melihat, mendengar, dan merasakan bahwa pendidikan di Indonesia masih jauh
tertinggal dari bangsa-bangsa lain di dunia. Namun, dibalik keterbatasan yang
dimiliki, Indonesia ternyata masih mampu mencetak generasi muda berbakat yang
dapat mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Baru-baru ini kita
sering mendengar melalui surat kabar maupun radio tentang kemenangan Tim
Indonesia dalam olimpiade fisika tingkat internasional. Sungguh prestasi yang
benar-benar
13
membanggakan.
Di bidang lain seperti olahraga catur, generasi muda Indonesia ternyata juga
mampu menunjukkan kemampuannya lewat kemenangan yang diperoleh dalam kompetisi
catur tingkat dunia. Di bidang seni, seorang anak Indonesia telah mampu
menggelar konser tunggal di Beijing, Cina. Prestasi-prestasi
tersebut membuktikan bahwa generasi muda Indonesia sebenarnya mampu bersaing
dengan negara-negara lain di dunia.Itu semua tentu tidak datang dengan
sendirinya, perlu kerja keras dan kegigihan untuk dapat meraih prestasi di
tingkat internasional. Oleh karena itu, sebagai generasi muda, kita tidak perlu
merasa pesimis karena sebenarnya generasi muda Indonesia memiliki potensi yang
cukup besar untuk mengembangkan khasanah keilmuan melalui kerja keras dan
kegigihan. Hanya dengan kerja keras, keuletan, dan kegigihan lah bangsa ini
akan tumbuh berkembang menjadi bangsa yang besar serta mampu mengejar
ketertinggalan di semua aspek kehidupan.
Prestasi
yang telah diraih oleh beberapa generasi muda tersebut hendaknya dapat
memotivasi kita agar lebih giat dalam menuntut ilmu. Bidang apa pun yang kita
minati, asalkan ditekuni dengan baik pasti akan membuahkan hasil yang gemilang.
Marilah mulai saat ini, kita sebagai generasi muda penerus cita-cita bangsa
bertekad untuk menjadi generasi muda yang unggul, kreatif, dan berakhlak mulia
dengan usaha keras dan kegigihan serta diimbangi dengan kepatuhan terhadap
ajaran agama.Berdasarkan penelitian, kebanyakan manusia hanya memanfaatkan
kurang dari 10 persen dari kemampuan otaknya. Jika demikian, mengapa
masih ada orang yang menganggap bahwa dirinya bodoh? Bukankah jika kita
memaksimalkan kerja otak, kita akan melampaui kebanyakan orang? Ingat apa kata
pepatah, tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina. Oleh
karena itu, teruslah berusaha wahai generasi muda demi kemajuan bangsa ini dan
janganlah pernah berputus asa.
14
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Kesimpulan
Menurut George Herbert
Mead, sosialisasi yang dialami seseorang dapat dibedakan dalam tahap-tahap
sebagai berikut : tahap persiapan (preparatory stage), tahap meniru (play
stage), tahap siap bertindak (game stage), dan tahap penerimaan
norma kolektif (generalized stage).
Peranan pemuda dalam
pembangunan masyarakat adalah sebagai agent of change, agent of development,
dan agent of modernization.
Potensi-potensi yang terdapat
pada generasi muda yang perlu dikembangkan adalah idealisme dan daya kritis,
dinamika dan kreativitas, dan keberanian mengambil resiko.
Pengembangan potensi
tersebut dapat dimulai dari lingkungan keluarga, orang tua dapat mengembangkan
potensi anak mereka sejak berusia balita, orang tua dapat mengarahkan apa dan
kemana potensi yang dimiliki oleh anak mereka sehingga lahirlah generasi muda
yang memiliki potensi sesuai minat masing-masing anak.
Masalah-masalah generasi
muda diantaranya adalah menurunnya jiwa nasionalisme, kekurangpastian yang
dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya, belum seimbangnya antara
jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, tingginya
jumlah putus sekolah, kekurangan lapangan kerja, kurangnya gizi yang menghambat
perkembangan kecerdasan, banyaknya perkawinan dibawah umur, penyalahgunaan obat
narkotika dan zat adiktif, masih adanya anak-anak yang hidup menggelandang,
pergaulan bebas diantara muda-mudi yang menunjukkan gejala penyimpangan
perilaku (deviant behavior), masuknya budaya barat (westernisasi culture),
dan masih merajalelanya kenakalan remaja.
Pembangunan
Nasional merupakan upaya berkelanjutan untuk memajukan kehidupan bangsa. Di
tangan para pemuda lah cita-cita bangsa yang semakin tua ini akan diwujudkan.
Kejayaan bangsa secara otomatis akan terwujud dengan adanya dukungan dari para
pemuda yang unggul.
15
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Ciri/Karakteristik Pemuda/i, (https://lovegoldennews.wordpress.com/articel/cirikarakteristik-pemudai/, diakses tanggal 20
November 2016)
Ahmad Akbar, 2016, Konsep 1 Membangun Generasi Muda
yang Cerdas (http://dokumen.tips/documents/konsep-1-membangun-generasi-muda-yang-cerdas.html, diakses tanggal 20
November 2016)
Fauzanbarus, 2015, Makalah Ilmu Sosial Dasar
“Pemuda dan Sosialisasi” (https://fauzanbrs94.wordpress.com/2015/11/24/makalah-ilmu-sosial-dasar-pemuda-dan-sosialisasi/, diakses tanggal 20
November 2016)
16
Komentar
Posting Komentar